Virus HIV v.s. Virus Perilaku

Oleh : Roro Eli (Ida Listyarini)
Dalam rangka menyambut Hari AIDS Se-Dunia

HIV/AIDS sampai dengan detik ini masih menjadi pusat keprihatinan masyarakat se dunia, terkait dengan belum ditemukannya vaksin yang benar-benar efektif mencegah HIV. Obat yang saat ini tersedia juga masih bersifat kontroversial di dalam proses penyembuhannya. Selain itu harga antiretroviral masih cukup mahal, meskipun di sana sini sudah banyak para pemerhati yang bersedia memberikan bantuan yang bersifat karitatif kepada para penyandang HIV/AIDS. Sementara itu, pengobatan dengan antriretroviral juga bukan tanpa dampak. Saat ini, diperkirakan sejumlah 4,9 juta orang hidup dengan HIV/AIDS (Kompas, November 2007)

Memang sebenarnya penyakit apapun itu adalah lebih baik mencegah daripada mengobati. Namun bagi yang sudah terlanjur terkena, ya mau tak mau harus diobati.

Sudah diketahui khalayak mengenai apa dan bagaimana HIV dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Virus yang menyerang sistem kekebalan manusia yang disebut dengan sel T helper (CD4) ini menular melalui cairan tubuh manusia dalam kondisi tertentu. Artinya jika cairan tersebut tidak memenuhi standar volume tertentu maka kemungkinan untuk bisa menjadi media penularan relatif kecil. Oleh karena itu cairan darah dan cairan seksual merupakan media yang bagus bagi penularan HIV ini. Sementara penularan melalui keringat sejauh ini belum ditemukan kasusnya.

Media penularan HIV yaitu darah dan cairan seksual sangat rentan dipengaruhi oleh perilaku. Beberapa di antaranya adalah perilaku seksual yang kurang sehat, perilaku medis yang kurang sehat seperti menggunakan jarum suntik yang tidak steril pada proses tindakan medik. Life style seperti "piercing" atau tindik dan penorehan tatto menggunakan jarum yang tidak steril juga meningkatkan resiko penularan HIV/AIDS.

Dan fakta terbesar terjadinya penularan HIV/AIDS adalah pada penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian. Berdasarkan informasi terakhir dari BKKBN, dinyatakan bahwa 83 % dari jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan adalah disebabkan oleh pemakaian jarum suntik narkoba, meskipun bukan berarti penyebab yang lain bisa diabaikan. Karena jumlah tersebut hanyalah fakta yang dilaporkan. Perlu diketahui, bahwa kasus HIV/AIDS ini adalah laksana fenomena gunung es, di mana kasus yang mencuat di permukaan hanyalah sebagian dari total kasus yang ada.

Sebenarnya HIV/AIDS jika kita pikirkan lebih jauh hanyalah laksana tumbal bagi perilaku-perilaku yang tidak sehat. Sebenarnya mungkin HIV/AIDS tadi tidak akan meresahkan masyarakat andaikata tidak ada penyebab-penyebab yang menjadikan HIV/AIDS ini wabah dunia. Bahkan dari sekian persen pengidap, bisa saja mereka adalah orang yang tidak melakukan kegiatan beresiko tinggi. Bayi yang tak berdosa yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV, wanita/pria monoseksual dengan satu pasangan tetap yang menikah dengan pasangan yang beresiko tinggi terkena HIV/AIDS, korban tindakan medis yang tidak sesuai standar, dapat tertular HIV/AIDS dan mereka inilah yang merupakan korban sesungguhnya.

Berkait dengan perilaku, akankah hanya HIV yang akan menjadi momok bagi dunia? ataukah mungkin ada penyakit-penyakit lain yang bisa saja lebih berbahaya dari HIV/AIDS?

Dengan perilaku dan pola hidup yang relatif benar dan dapat dipertanggungjawabkan saja kita bisa saja terkena anek penyakit, apalagi jika berperilaku yang beresiko tinggi terkena penyakit baik itu penyakit menular maupun tidak.

Jadi sebenarnya, manakah yang lebih mengerikan? jenis penyakitnya (HIV, PMS, dll) ataukah perilaku-perilaku yang mengundang timbulnya penyakit tersebut? Pembacalah yang akan bisa menjawab, menganalisis dan menyimpulkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENALU KEDONDONG PACU IMUNITAS PENGIDAP KANKER

MANFAAT AIR ZAM-ZAM

10 Perempuan Inspiratif NOVA